I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroekologi
adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi untuk produksi pertanian.
Dalam penerapannya, diharapkan dengan Agroekologi, ahli pertanian diharapkan
mampu mendefinisikan sifat agroekosistem yaitu produktivitas, stabilitas,
keberlanjutan dan keseimbangan dan menerapkannya secara terintegrasi pada
lahan tanam terutama diwilayah tropika.
Dalam praktek di lapangan konsep
agroekologi adalah upaya mencari bentuk pengelolaan sumberdaya lahan permanen,
baik dalam satu komoditi maupun kombinasi antara komoditi pertanian dan kehutanan
secara simultan atau secara bergantian pada unit lahan yang sama dan bertujuan
untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki
kondisi lahan atau lingkungan (http://agroekologi.blogspot.com/).
Dengan demikian konsep Agroteknologi
mencakup aspek struktur ekosistem (structural attribute of ecosystem), yaitu
jenis dan susunan tanaman/komoditasnya. Selain aspek struktur ekosistem, konsep
Agroteknologi juga mencangkup aspek fungsi ekosistem (functional
attribute of ecosystem) yaitu produktivitas, kelestarian dan perbaikan
lahan/lingkungan hidup (http://agroekologi.blogspot.com/).
Untuk melakukan semua tindakan
tersebut diatas, diperlukan pemahaman menganai Istilah Agroteknologi, arti penting
dari Agroteknologi dan hubungan Agroteknologi dengan pertanian berkelanjutan
dan Agrolandscape.
Pada tugas mandiri kali ini,
akan dibahas mengenai pengertian Agroteknologi dan hubungannya dengan pertanian
berkelanjutan serta hubungan antara Agroteknologi dengan Agrolandscape.
1.1 Rumusan Masalah
1. Mengapa
Agroekologi penting dipelajari di Fakultas Pertanian?
2. Apa
hubungan antara Agroekologi dan pertanian berkelanjutan?
3. Apa
hubungan antara Agroekologi dengan Agrolandscape?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
pentingnya mempelajari Agroekologi di Fakultas pertanian.
2. Mengetahui
hubungan antara Agroekologi dan pertanian berkelanjutan.
3. Mengetahui
hubungan antara Agroekologi dengan Agrolandscape.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
1.1 Agroekologi
Agroekologi
merupakan ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi untuk pertanian. Dalam
penjabarannya, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari makhluk hidup dirumah
atau habitatnya. Penjelasan lain tentang ekologi menurut pendapat Warren et
al. (2008:3) adalah sebagai berikut : “Ecologi as a science is about
understanding why species occur where they do and why they are absent from
other area”. Penjelasan dari Warren tersebut dapat diartikan bahwa ekologi
sebagai ilmu adalah mengenai pemahaman tentang alasan mengapa suatu spesies
berada di wilayah tertentu. Sedangkan definisi pertanian menurut Warren et
al. (2008:2) sebuah proses domestifikasi yang merubah habitat alami dari
spesies tanaman atau hewan tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan makanan manusia. Proses domestifikasi tersebut dapat berupa
modifikasi ataupun seleksi.
1.2 Pertanian
Berkelanjutan
Di Indonesia, konseptual
pertanian berkelanjutan tercantum pada UU no. 12 tahun 1992. Akan tetapi
pengertian pertanian berkelanjutan masih belum begitu jelas secara implementasi
(http://www.deptan.go.id/).
Namun secara umum, prinsip dari
pertanian berkelanjutan adalah praktek pertanian yang menggunakan prinsip
dasar ekologi serta ilmu tentang hubungan antara organisme dengan
lingkungannya. Hal ini sama dengan penjelasan dari Wikipedia bahwa Sustainable
agriculture is the practice of farming using principles of ecology, the study
of relationships between organisms and their environment (http://en.wikipedia.org/).
Pertanian berkelanjutan juga
telah didefinisikan sebagai sistem pertanian yang terintegrasi dari praktek
produksi tumbuhan dan hewan yang secara spesifik akan bertahan dalam waktu yang
lama (http://en.wikipedia.org/).
Aspek aspek pertanian
berkelanjutan menurut Wikipedia salah satunya adalah Meningkatkan kualitas
lingkungan dan sumber daya alam dengan mengacu kepada kebutuhan ekonomi
pertanian (http://en.wikipedia.org/).
Disebut sebagai pertanian
berkelanjutan menurut Serageldin (dalam http://ahmadnur09.blogspot.com)
karena dalam pertanian tersebut memiliki kegiatan yang secara ekonomis,
ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan.
Berkelanjutan secara ekonomis
berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan
ekonomi, dan penggunaan sumberdaya serta lnvestasi secara efisien. Berkelanjutan
secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan termaksud harus dapat
mempertahankan integritas ekosistem, mernelihara daya dukung lingkungan, dan
konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity).
Sementara itu, keberlanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan
pernbangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pernbangunan,
mobilitas. sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pernberdayaan
masyarakat, identitas sosial, dan pengembang an kelembagaan (http://ahmadnur09.blogspot.com).
1.3 Agrolandscape
Sebelum mengetahui pengertian
dari Agrolandscape, perlu adanya pemahaman dari pengertian Ekologi dan
Landscape. Hal tersebut dikarenakan pertaian berhubungan erat dengan
prinsip ekologi dalam pengaplikasiannya, seperti mengatur ukuran populasi dan
hasil panen pada spesies yang didomestifikasi (Warren, 2008:18).
Berdasarkan pengertian dari
ekologi, maka diketahui bahwa ekologi berhubungan dengan ruang dan skala
(Warren, 2008:163). Ruang dalam hal ini adalah tempat dimana spesies tumbuh,
dan skala adalah besar kecilnya sebuah wilayah.
Dalam Kamus American
Heritage, arti dari landscape adalah “The aspect of land
characteristic of a particular rergion”, yang dapat diartikan
sebagai aspek dari karater suatu lahan pada sebuah wilayah tertentu.
Maka dari itu, pokok
bahasan utama dari ekologi landscape adalah untuk memahami pengaruh pola dari
beragamnya spesies yang ada dan proses yang terjadi pada landscape tersebut.
Menurut Warren (2008:164), spesies dari sebuah populasi akan saling
berinteraksi dengan landscape yang mereka tinggali, dan kemungkinan hubungan
tersebut menjadi faktor penting bagi keberlangsungan hidup spesies tersebut.
Dalam dunia pertanian, hubungan
antara spesies dengan landscapenya merupakan hal yang penting. Hal ini
dikarenakan landscape dari lahan pertanian merupakan yang paling dinamis dari
semua jenis landscape. Hal tersebut ditambah fakta bahwa pertanian merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan mengatur populasi dari berbagai spesies,
mendukung berberapa spesies untuk tumbuh, dan mengeleminasi spesies yang
tidak diinginkan (Warren, 2008:169).
Dari Paragraf diatas dapat
disimpulkan bahwa Agro-landscape merupakan suatu teori yang memahami pengaruh
pola dari tanaman budidaya dan beragamnya spesies yang ada serta proses yang
terjadi pada landscape tersebut. Tipikal dari Agro-landscape (agricultural
landscape) adalah dibangun dari beberapa petak kecil habitat
semi-alami (Warren, 2008:169).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pentingnya
Mempelajari Agroekologi di Fakultas Pertanian
Secara umum,
Fakultas Pertanian mempelajari ilmu-ilmu tentang tumbuhan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (http://www.gastia.com).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri
dari faktor iklim, faktor tanah, faktor hama penyakit,dan faktor tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut, dapat
diklasifikasikan menjadi komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik terdiri
atas tanah, air, udara, kelembaban udara, angin, cahaya matahari, dan
suhu. Sedangkan Komponen biotik terdiri dari organisme-organisme hidup di luar
lingkungan abiotik (manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Masing-masing
komponen tersebut, khususnya di bidang pertanian dalam skala ruang akan saling
berkaitan secara fungsional membentuk suatu agroekosistem.
Untuk memahami
agroekosistem, yaitu interaksi dan keterkaitan komponen biotik dan
abiotik khususnya hubungan tanaman pertanian dengan komponen tanah, kelembapan
udara, presipitasi dan cahaya matahari, dibutuhkan sebuah disiplin ilmu yang
bernama agroekologi.
Hal tersebut
sesuai dengan definisi agroekologi yaitu ilmu yang menerapkan prinsip ekologi.
Lebih lanjut agroekologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari, merancang, dan
mengolah agroekosistem.Maka dari itu, mata kuliah
agroteknologi penting dipeljari di fakultas pertanian dikarenakan
agroekologi merupakan ilmu dasar untuk memahami, mempelajari, merancang, dan
mengolah keterkaitan antara tanaman dengan komponen biotik dan abiotik
disekitarnya, yang biasa disebut dengan istilah agroekosistem.
3.2 Hubungan Agroekologi
dengan Pertanian Berkelanjutan
3.2.1 Masalah Pertanian
Modern
Pertanian yang
bercirikan penanaman tanaman dan domestifikasi hewan oleh manusia telah
berlangsung selama 10.000 tahun. Aktifitas pertanian dalam perkembangannya
telah mengalami perubahan beberapa kali (Warren, 2008:1). Dalam
periode perkembangan tersebut, seleksi spesies yang telah dilakukan
manusia telah memproduksi berbagai macam tanaman dan hewan yang
telah didomestifikasi (Warren 2008:2).
Namun
demikian, adanya pertanian modern menyebabkan masalah
baru, salah satunya adalah kurangnya lahan pertanan yang cocok untuk
produksi pertanian (agricultural production). Lahan yang cocok untuk
pertanian memiliki ciri-ciri ketersediaan air tanah, kesuburan aalami tanah,
serta jenis-jenis penyakit yaang ada (Warren 2008:42). Produksi pertanian yang
intensif seperti yang disebutkan diatas yang ditandai dengan berubahnya
menejemen pertanian dari low-intensive farming system menuju high-intensive
farming system. High-intensive farming system
ditandai dengan bertambahnya produksi, namun disisi lain, mingkatnya jumah
pestisida dan pupuk buatan telah memberikan dampak negatif yang
besar. Dampak tersebut antara lain adalah berubahnya pola panen, berkurangnya
populasi mamalia, burung, invertebrata, dan spesien tumbuhan lain (Warren
2008:48).
Tantangan yang
muncul kemudian adalah apakah kita sebagai manusia dapat mengeksploitasi
ekologi dengan sistem pertanian intensif dan mengembangkan bentuk pertanian
baru yang masih produktif namun tetap sesuai dan berkontribusi dalam hal
menkonservasi keberagaman hayati (Warren 2008:18).
Hal tersebut
beralasan dikarenakan menurut Warren (2008:63), Pertanian dan konservasi
lingkungan untuk menjaga keberagaman hayati bersifat berketegantungan.
Lebih lanjut Warren mengatakan bahwa, pertanian membutuhkan “layanan” dari
ekosistem seperti predator dan serangga penyerbuk, sedangkan
konservasi spesies dan habitatnya (keberagaman hayati) sangat membutuhkan
manajemen pertanian yang benar. Sebagai tambahan, pertanian bergantung pada
keberagaman hayati untuk perkembangan atau adaptasi dari varietas batu tumbuhan
untuk mengimbangi perkembangandari penyakit tanaman yang baru, serangga
pengganggu, dan perubahan iklim (Warren 2008:63)
Berdasarkan
pernyataan pada paragraf-paragraf sebelumnya, dapat diketahui bahwa
pertanian pada masa mendatang membutuhkan pendekatan yang berbeda, yaitu sebuah
pendekatan yang menekankan pada penyediaan suplai bahan pangan yang mencukupi,
sekaligus meningkatkan konservasi lingkungan pertanian dengan lingkungan
sekitar.
Maka dari itu,beberapa
dekade terakhir, muncul istilah sistem pertanian berkelanjutan, atau
lebih dikenal dengan sustainable agriculture. Pada dasarnya,
menurut FOA, pertanian berkelanjutan adalah proses keterlibatan
pengaturan sumberdaya pertanian untuk memuaskan kebutuhan manusia yang terus
berubah serta tetap menjaga atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
konservasi sumber daya alam (ASA, 1995).
3.1.2 Hubungan Antara
Agroekologi dan Pertanian Berkelanjutan.
Kegiatan
pertanian selalu berhubungan dengan faktor-faktor agroekologi, yang meliputi
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dalam agroekosistem.
Warren (2008:17) mengatakan bahwa dalam banyak sistem pertanian yang
dikelola manusia, Tanaman budidaya yang di tanam akan berinteraksi dengan
ekologi disekitarnya. Mekanisme ekologi yang terjadi ditentukan oleh
komposisi tanaman pertanian dan juga ditentukan oleh faktor abiotik
seperti kimia tanah, iklim, dam manajemen atau pengolahan pertanian. Sehingga
jelas terdapat keterkaitan antara Agroekologi dengan pertanian berkelanjutan,
terlebih lagi pada pertanian modern. Hal tersebut dikarenakan
prinsip prinsip Agroekologi berkaitan erat dengan masalah pertanian.
Lebih lanjut
menurut (http://www.agroecology.org/),
Agroekologi membahas tentang “A whole-systems approach to agriculture
and food systems development based on traditional knowledge, alternative
agriculture, and local food system experiences, yang dapat diartikan
sebagai kesatuan sistem yang berhubungan dengan pertanian dan berkembangan
sistem pangan berdasarkan kearifan lokal, sistem pertanian alternatif,
dan pengalaman sistem pangan lokal.
Berdasarkan
penjelasan sebelumnya telah diketahui bahwa masa depan pertanian bergantung
pada konservasi lingkungan. Hal tersebut senada dengan pernyataan dari
(Warren 2008:63) bahwa masa depan pertanian bergantung pada konservasi
lingkungan dan begitu juga sebaliknya, maka diperlukan adanya pendekatan
pertanian yang berkelanjutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
pertanian modern, agroekologi pertanian sangat bergantung dan
memiliki hubungan dengan Sustainable Agriculture atau pertanian
berkelanjutan. Pentingnya hubungan antara Agroekologi dan pertanian
berkelanjutan (Sustainable Agriculture) juga diungkapkan oleh Warren
(2008:16) bahwa pertanian modern yang bersifat monokultur dan berkeanekaragaman
hayati rendah membutuhkan pendekatan rasional mengenai konservasi yang harus
beretika dan berorientasi jangka panjang, ketimbang berorientasi pada kebutuhan
sesaat.
3.3 Hubungan Agroekologi
dan Agrolanscape
Kegiatan
pertanian selalu berhubungan dengan faktor-faktor agroekologi, yang meliputi
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dalam agroekosistem.
Warren (2008:17) mengatakan bahwa dalam banyak sistem pertanian yang
dikelola manusia, Tanaman budidaya yang di tanam akan berinteraksi dengan
ekologi disekitarnya. Mekanisme ekologi yang terjadi ditentukan oleh komposisi
tanaman pertanian dan juga ditentukan oleh faktor abiotik seperti kimia
tanah, iklim, dam manajemen atau pengolahan pertanian (Warren 2008:18).
Sedangkan
Pokok bahasan utama dari ekologi landscape adalah untuk memahami pengaruh pola
dari beragamnya spesies yang ada dan proses yang terjadi pada landscape
tersebut (Warren 2008:164). Menurut Warren (2008:165), spesies akan
saling berinteraksi dengan landscape yang mereka tinggali, dan kemungkinan
hubungan tersebut menjadi faktor penting bagi keberlangsungan hidup spesies
tersebut.
Landscape
mempunyai dua elemen penting, yaitu berhubungan dengan bagaimana lingkungan
dapat berubah baik secara waktu maupun ruang, maupun apa dampak dari
perubahan lingkungan tersebut dengan spesies tertentu (Warren, 2008:172).
Dalam sebuah
ekosistem, ada berbagai macam tipe spesies yang bisa
diklasifikasikan jika ditinjau dari mobilitas dan tingkat kelahirannya.
Spesies yang memiliki mobilitas tinggi lebih mudah terkolonisasi dari pada
spesies yang tidak memiliki mobilitas tinggi. sedangkan spesies yang memiliki
tingkat kelahiran yang rendah akan rentan terhadap landscape yang sering
berubah-ubah, contohya adalah landscape pertanian. (Warren 2008:165).
Dalam dunia
pertanian, hubungan antara spesies dengan landscapenya merupakan hal yang
penting. Hal ini dikarenakan landscape dari lahan pertanian merupakan yang
paling dinamis dari semua jenis landscape. Hal tersebut ditambah fakta bahwa
pertanian merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mengatur populasi dari
berbagai spesies, mendukung berberapa spesies untuk tumbuh, dan
mengeleminasi spesies yang tidak diinginkan (Warren, 2008:169).
Namun
demikian,beberapa spesies yang hidup di lingkungan pertanian dapat berkembang
dengan baik pada tempat tertentu, namun tidak dapat berkembang baik
pada tempat yang lain (Warren 2008:172). Maka dari itu, untuk memahami
bagaimana hubungan antara populasi sebuah spesies baik yang dibutuhkan dalam
pertanian maupun yang tidak dibutukan pada lahan pertanian (farmed
environtment), maka diperlukan pemahaman mengenai bagaimana
lingkungan dapat berubah baik secara waktu maupun ruang, maupun apa dampak
dari perubahan lingkungan tersebut dengan spesies tertentu (Warren
2008:172).
Sehingga jalas diketahui
hubungan antara agroekologi terhadap agrolandscape.
Dibidang pertanian, keuntungan
dengan adanya model landscape adalah mengenai kebijakan dalam penggunaan lahan.
Lebih lanjut,adanya ilmu mengenai landscape dapat mempredikisi dampak buruk
lingkungan, seperti perubahan populasi burung dikarenakan bertambahnya lahan
tanah untuk ladang (arable land). Lebih detailnya, keuntungan dari
adanya landscape adalah dapat digunakan sebagai simulasi bagi para petani untuk
menentukan lahan yang cocok untuk produksi pertaniannya (Warren, 2008:174).
Terlebih lagi, perkembangan
landscape persawahan (farmed landscape), tidak hanya sebatas hubungan
ekologi sederhana antara komponen biotik dan abiotik semata, namun juga
mencangkup hubungan holistik atau menyeluruh mengenai ekologi berupa suplai air
murni, pencegahan banjir, penjagaan habitat alami, dan mendukung komunitas
perkampungan. Pemahaman yangbaru akan ilmu landscape khususnya dibidang
ekologi nantinya akan memberikan pandangan dan kebijakan yang
berbeda dalam penggunaan lahan (Warren dan Topping dalam Warren, 2008:174).
Dalam lingkup persawahan,
terjadi proses ekologi mengenai hewan, tumbuhan, nutrisi, pestisida residu,
dan lain lain. Spesies yang hidup dalam lahan pertanian cenderung
untuk memiliki mobilitas tinggi dan kurang memiliki habitat yang spesifik
jika dibandingkan dengan spesise yang hidup di alam bebas.
Tipikal dari Agro-landscape (agricultural
landscape) adalah dibangun dari beberapa petak
kecil habitat semi-alami.Lebih lanjut Warren (2008) mengatakan bahwa pada pada
tatanan landscape ekologi pertanian (agricultural landscape), spesies
yang mempunyai tingkat kelahiran yang rendah akan rentan
terhadap kepunahan dimana kegiatan pertanian secara umum mengganggu
habitat spesies tertentu. Maka dari itu, kemampuan populasi untuk mengembalikan
keadaan populasi seperti semula setelah gangguan dari kegiatan pertanian
menjadi perang penting dalam kondisi landscape lahan pertanian yang dinamis.
Pertanian berswawasan
agrolansclape diperlukan beberapa spesies dominan yang
bertanggung jawab atas produksi biomassa dan kedatangan
spesies tambahan memeberikan pengaruh yang tidak signifikan
untuk stabilitas produksi dan komunitas (Warren 2008:16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar