I. PENDAHULUAN
Jamur tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus
sp. Merupakan salah satu jamur konsumsi
yang bernilai tingi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa dibudidayakan oleh
masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P.ostreatus), jamur tiram merah muda
P.flabellatus), jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), dan jamur tiram abalone
(P.cystidiosus). Pada dasarnya semua jenis jamur ini memiliki karateristik yang
hampir sama terutama dari segi morfologi, tetapi secara kasar, warna tubuh buah
dapat dibedakan antara jenis yang satu
dengan yang lain terutama dalam keadaan segar.
Di alam liar, jamur tiram merupakan tumbuhan saprofit
yang hidup dikayu-kayu lunak dan memperoleh bahan makanan dengan memanfaatkan
sisa-sisa bahan organik. Jamur tiram termasuk tumbuhan yang tidak berklorofil
(tidak memiliki zat hijau daun) sehingga tidak bisa mebgolah bajan makanan
sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, jamur tiram sangat tergantung pasa
bahan oranik yang diserap untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi
utama yang dibutuhkan jamur tiram adalah
sumber karbon yang dapat disediakan melalui berbagai sumber seperti sebuk kayu gergajian dan
berbagai limbah organik lain.
Pertumbuhan jamur tiram sangat tergantung pada faktor
fisik seperti suhu, kelembaban, cahaya,
pH media tanam, dan aerasi, udara jamur tiram dapat menghasilkan tubuh buah
secara optimum pada rentang suhu 26-28
°C, sedangkan pertumbuhan miselium pada suhu 28-30° C, kelembaban udara 80-90%
dan pH media tanam yang agak masam antara 5-6. Aerasi merupakan hal penting
bagi pertukaran udara lingkungan tumbuh jamur yaitu engab mempertahankan
perdediaan Oksigen (O2) dan membuang karbon dioksida (CO2), cahaya matahari yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sangat sedikit berkisar antara 50-300 lux
atau masih terbacanya huruf dikoran dalam jarak sedepa.
Beberapa jenis jamur yang telah dikenal petani Indonesia
seperti Jamur merang, jamur kuping, jamur shitake, jamur tiram, jamur merang
dan jamur lingzhi mempunyai nilai ekonomi yang tinggi untuk dikembangnkan
karena cara budidaya relatif mudah, tidak memerlukan lahan yang luas,
prospeknya menjanjikan.Sebagai Sebagai bahan pangan jamur menjadi salah satu
sumber protein seperti thiamine
(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, biotin
dan vitmin C serta mineral. Sebagai bahan fungsional jamur mengandung bahan
aktif yang terdiri dari senyawa polisakarida (glikan), triterpen, nukleotida,
monitol, alkoloid dan lain-lain yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Menurut
Crisan dan Sands (1978) rata-rata
kandungan protein (% berat kering) dari jamur kuping adalah 4-9%, jamur
kancing 24-44%, jamur shitake 10-17%, jamur tiram 10-30%, jamur merang 21-30%.
Daya cerna tubuh terhadap protein yang dikandung jamur pun sangat tinggi
berkisar antara 71-90%.
Selain mengandung
kandungan senyawa yang penting bagi tubuh jamur juga telah memerankan peranan
penting dalam upaya pengobatan masyarakat sejak berabad-abad yang lampau.
Seorang ahli fisika dari dinasti Ming, Wu Shui, dalam abad ke-15 telah
melaporkan manfaat obat dari jamur shitake. Dilaporkan bahwa jamur ini dapat
meningkatkan fitalitas dan energi, meningkatkan seksualitas dan mencegah
penuaan (Jones, 1990). Akhir-akhir ini produk kesehatan dari ekstrak jamur
lingzhi murni dalam bentu tablet maupun kapsul dengan nama Reishi di Amerika
dan Daxen di Malaysia dan Indonesia telah menjadi primadona yang dapat
menyembuhkan banyak penyakit terutama kanker dan penyakit gula. Secara umum
manfaat jamur Bagi pengobatan dan penyembuhan. Berdasarkan media tumbuhnya jamur
dapat dapat dikatagorikan menjadi jamur dengan media kayu (tubuh kayu) dan
jamur dengan media campuran. Untuk jamur merang banyak berkembang didaerah
dataran rendah teruatama di daerah persawahan. Pada saat ini Kabupate Kerawang,
Jawa Barat dikenal sebagai sentra jamur merang. Sedangkan jamur dengan media
yang berasal dari serbuk kayu antara lain jamur kuping, jamur tiram putih, jamur
tiram abu-abu, jamur shitake. Jamur jenis ini banyak dikembangkan didaerah
dataran tinggi seperti propinsi Jawa Barat (Kabuapten Bandung, Garut, dan
Bogor), Propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Wonosobo, Kab.Magelang, Kab. Solo),
Propinsi DIY (Kabupaten Sleman), Propinsi Bali (Kab. Badung) dan Propinsi Jawa Timur (Kota Batu).
Kondisi disetiap lokasi sangat berbeda tergantng kebiasaan
petani setempat. Namun demikian yang paling penting adalah diperlukannya
penguasaan teknik dan metde produksi terutama dalam pengaturan iklim mikro di
dalam rumah jamur (kubung).
Tabel 1. Manfaat jamur
Bagi pengobatan dan penyembuhan
Kegunaan
|
Vv
|
Ab
|
Po
|
Le
|
Ap
|
Gl
|
1. Anti bakteri
|
|
|
|
|
|
|
2. Anti implamantol
|
|
|
|
|
|
|
3. Anti oksidan
|
|
|
|
|
|
|
4. Anti tumor
|
|
|
|
|
|
|
5. Anti virus
|
|
|
|
|
|
|
6. Menormalkan tekanan
darah
|
|
|
|
|
|
|
7. Meningkatkan kerja jantung
|
|
|
|
|
|
|
8. Menurunkan kolesterol darah
|
|
|
|
|
|
|
9. Menormalkan kekebalan tubuh
|
|
|
|
|
|
|
10. Meningkatkan kekebalan tubuh
|
|
|
|
|
|
|
11. Meningkatkan kerja hati
|
|
|
|
|
|
|
12. Meningkatkan kerja hati
|
|
|
|
|
|
|
13. Meningkatkan kerja sistem syaraf
|
|
|
|
|
|
|
14. Meningkatkan potensi seksual
|
|
|
|
|
|
|
15. Meningkatkan kerja paru-paru
|
|
|
|
|
|
|
16. Mengurangi stress
|
|
|
|
|
|
|
17. Mengurangi pengapuran
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Paul Stamats, 1999, Chang
dan Miles, 1978
Keterangan :
Vv : Jamur merang (Volvariella volvaceae)
Le : Jamur shitake (Lentinula edodes)
Ab : Jamur kancing (Agaricus bisporus dan A.bitorquis)
Ap : Jamur kuping (Auricularia polytricha)
Po : Jamur tiram (Pleourotus ostreatus var florida)
Gl : Jamur lin zhi (Ganoderma lucidum)
II. SYARAT TUMBUH
Syarat lingkungan yang dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangan jamur
tiram antara lain :
1.
Air
·
Kandungan air dalam substrak
berkisar 60-50%
·
Apabila kondisi kering maka
pertumbuhan akan terganggu atau berhenti begitu pula sebaliknya apabila kadar
air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati.
·
Penyemprotan air dalam ruangan
dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan kelembaban.
2.
Suhu
·
Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara 60-70%
·
Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16 – 22 º C
Kelembaban
3.
Kelembaban
·
Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium dipertahankan antara 60-70%
·
Kelembaban udara pada pertumbuhan tubuh buah dipertahankan
antara 80-90%
4.
Cahaya
·
Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap cahaya matahari
secara langsung
· Cahaya tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah.
·
Pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya
·
Intensitas cahaya yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan
Namur sekitar 200
lux (10%)
5.
Aerasi
Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada
pertumbuhan jamur yaitu oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2). Oksigen
merupakan unsur penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksida
menjadi Karbondioksida. Konsentrasi Karbondioksida (CO2) yang terlalu banyak
dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Di dalam kumbung
jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
6.
Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat
keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan
kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram
itu sendiri, pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.
III. TEKNIK BUDIDAYA JAMUR
TIRAM
3.1. Pembuatan Kubung
Kubung adalah bangunan tempat menyimpan bag log sebagai
media tumbuhnya jamur tiram yang terbuat dari bilik bambu atau tembok permanen.
Didalamnya tersusun rak-rak tempat media tumbuh/log jamur tiram. Ukuran kubung
bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Tujuannya untuk menyimpan
bag log sesuai dengan persyaratan tumbuh yang dikehendaki jamur tersebut. Bag
log adalah kantong plastik transparan berisi campuran media jamur. Rak dalam
kubung disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan
sirkulasi udara terjaga. Umumnya jarak antara rak ± 75 cm. Jarak didalam rak 60
cm (4 – 5 baglog), lebar rak 50 cm, tinggi rak maksimal 3 m, panjang
disesuaikan dengan kondisi ruangan. Bag log dapat disusun secara vertikal cocok
untuk daerah lebih kering. Sedangkan penyusunan secara horizontal untuk daerah
dengan kelembaban tinggi. Antara rak pertama berjarak 20 cm.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kubung berupa
tiang kaso/bambu, rak-rak, bilik untuk dinding dan atap berupa genteng, asbes
atau rumbia. Jumlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi ruang pemeliharaan
dan jumlah baglog yang akan dipelihara.
3.2. Peralatan Dalam
Pembuatan Bagloq
a.
Alat Sterilisasi, bisa berupa
drum, autoclave maupun boiler (steril bak) lengkap dengan kompor.
b.
Alat Pengadukan, ayakan,
cangkul, sekop, ember, selang.
c.
Alat inokulasi, lampu bunsen,
masker, jas lab, spatula/pinset, alkohol/spritus, hand Sprayer
d.
Alat angkot, keranjang
e.
Alat penyiraman
f.
Alat Panen
3.3. Pembuatan Media Tanam
3.3.1. Pengayakan
Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring
serbuk kayu gergaji yang besar dan kecil/halus sehingga didapatkan serbuk kayu
gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang
memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik (baglog) dan
mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata.
Gambar 1 : Pengayakan Serbuk
Gergaji
3.3.2. Pencapuran
Pencampuran serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan
gips sesuai takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya
menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan
jamur tiram sampai siap dipanen. Media untuk pertumbuhanjamur sebaiknya dibuat
menyerupai kondisi tempat tumbuhan jamur tiram di alam.prosedur pelaksanaannya
antara lain :
·
Serbuk gergaji 100 kg sebagai
media tanam
·
Dedak 15 kg sebagai sumber
makanan tambahan bagi pertumbuhan jamur
· Kapur 2kg dan gips 1 kg untuk
mendapatkan pH 6-7 media tanam sehingga mempelancarkan proses pertumbuhan jamur
·
Serbuk gergaji yang sudah
diayak dicampur dengan bekatul, kapur dan gips. Campuran bahan diaduk merata
dan ditambahkan air bersih sehingga mencapai kadar air 60-65%, dapat ditandai
bila dikepal hanya mengeluarkan satu tetes air dan bila dibuka gumpalan buka
gumpalan serbuk kayu tidak serta merta pecah. Bahan yang telah dicampur bisa
dikomposkan 1 hari, 3 hari, 7 hari atau langsung dikantongi.
Gambar 2. Pencampuran bahan untuk media jamur.
3.3.3. Pemeraman
Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudian
menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama 1 malam. Tujuannya
menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh
senyawa-senyawa kompleks yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna oleh
jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur lebih baik.
3.3.4. Pengisian Media ke
Kandung Plastik (Bag loq)
Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik
polipropile (PP) dengan kepadatan tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh
maksimal dan menghasilkan panen yang optimal. Tujuannya menyediakan media tanam
bagi bibir jamur. Proses pelaksanaan pengisian media kekantong plastik (baglog)
antara lain :
· Campuran serbuk gergaji yang
sudah dikompos dimasukan kedalam kantong plastik ukuran 18x30,20x30, 23x35
tergantung selera.
· Padatkan campuran dengan
menggunakan botol atau alat lainnya.
· Ujung plastik disatukan dan
dipasang cincin dari potongan paralon/bambu pada bagian leher plastik sehingga
bungkusan akan menyerupai botol.
3.3.5. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk
meninaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu
pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk kayu yang stelir
bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikehendaki. Sterilisasi dilakukan
pada suhu 70oC selama 5-8 jam, sedangkan sterilisasi antoclave
membutuhkan waktu selama 4 jam, pada suhu 121oC dengan rekanan 1
atm.
Gambar 4 : Sterilisasi Media Jamur
3.3.6. Pendinginan
Proses pendinginan merupakan suatu upaya menurunkan suhu
media tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukan ke dalam baglog
tidak mati. Pendinginan dilakukan 8-12 jam sebelum dinokulasi. Temperatur yang
diinginkan adalah 30-35oC. Proses pelaksanaan antara lain :
·
Keluarkan bagloq dari drum yang
sudah disterilisasikan
·
Diamkan didalam ruangan sebelum
dilakukan inokulasi (pemberian bibit)
·
Pendinginan dilakukan hingga
temperatur mencapai 30-53oC
Gambar 5 : Pendinginan Media
3.3.7. Inokulasi Bibit
(Penanaman Bibit)
Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil
miselia jamur dari biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan.
Tujuannya adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga menghasilkan
jamur yang siap panen. Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit antara lain ;
· Petugas yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci tangan dengan alkohol, dan menggunakan pakaian bersih.
·
Sterilkan saptula menggunakan alkohol 70% dan dibakar.
·
Buka sumbatan kapas bag log, buat sedikit lubang pada media
tanam dengan menggunakan kayu yang steril yang
diruncingkan.
· Ambil sedikit bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok
teh dan letakkan ke dalam bag log setelah itu sedikit
ditekan.
·
Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup dengan
kapas kembali.
· Media baglog yang telah dinokulasi dibuat hingga 22 - 28º C untk mempercepat pertumbuhan miselium.
Gambar. 3. Pengisian media kedalam
kantong plastik ( bag log)
3.3.8. Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkan media tanam
yang telah di inokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia.
·
Suhu ruang pertumbuhan miselia jamur
antara 28–30ºC utk mempercepat pertumbuhan miselium
·
Media baglog yang telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang
inkubasi
·
Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh
dalam baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari.
·
Tutup kubung serapat mungkin sehingga cahaya matahari
minimal, kendalikan suhu ruang kubung mencapai 25 – 33oC.
3.3.9. Pemindahan ke
Tempat Budidaya
·
Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke
kumbung budidaya
·
Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan dibuka cincin bambunya agar jamur bisa tumbuh.
Gambar 6 : Pemindahan ke Tempat
Budidaya
3.3.10. Perawatan
· Baglog yang telah dibuka cincin dirawat dengan melakukan
penyiraman secara kabut untuk mempercepat pertumbuhan
pinhead jamur
· Hal yang terpenting harus diperhatikan dalam kumbung adalah menjaga suhu dan kelembaban yang dibutuhkan jamur.
·
Apabila kelembaban kurang, pinhead mati dan jika terlalu
lembab jamur menjadi basah.
3.3.11. Pemanenan
Ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen adalah ;
·
Tudung belum keriting
·
Warna belum pudar
·
Spora belum dilepaskan
·
Tekstur masih kokoh dan lentur
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan adalah:
·
Panen dilakukan dengan mencabut
·
Tanpa menyisakan bagian jamur
·
Bersih dan tidak berceceran
· Jamur dipanen setelah 3 hari muncul pinhead, ukuran jamur
cukup dan jamur tidak terlalu basah, hal ini akan mempengaruhi harga dipasar
· Baglog yang telah dipanen dibersihkan dari sisa-sisa jamur
yang masih menempel pada baglog supaya tidak mengundang hama dan penyakit
· Jamur yang telah dipanen dibersihkan kemudian diwadahi dalam
kantong plastik ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg dan siap dipasarkan.
Gambar 7 : Jamur Tiram
Siapdi Panen
3.3.12. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan cara penyemprotan atau
pengkabutan dengan menggunakan air
bersih yang ditujukan pada ruang kubung dan media tumbuh jamur, tujuan
untuk menjaga kelembaban kubung.
3.3.13. Pengendalian hama
dan penyakit
Umumnya hama dan penyakit utama pada jamur tiram adalah
tikus, dapat dikendalikan dengan
menggunakan seng sebagai pembatas bangunan kubung agar tidak naik keatas atau
lem tikus. Pada malam hari sering dilakukan pengecekan kubung untuk mengusir tikus.
3.3.14. Pengatur Suhu
Ruangan
Membuka dan menutup pintu dan jendela (ventilasi) kubung
dan untuk mengatur suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan yang
ditentukan. Tujuanya untuk mendapatkan pertumbuhan jamaur yang optimal. Agar
pertumbuhan jamur optimal diperlukan suhu ruangan dalam kubung 28 - 30°C dan
kelembaban sebesar 50 -60% pada saat inkubasi. Sedangkan suhu pada pembentukan
tubuh buah sampai panen berkisar antara 22 -28 °C dengan kelembaban 90 – 95%.
Apabila kelembaban kurang, maka substrat tanaman akan mengering.
3.3.15. Penanganan Pasca
Panen
·
Jamur tiram kebanyakan dijual secara curah dalam bentuk
segar sehingga mempunyai
kelemahan tidak tahan lama disimpan
·
Dijual dengan cara dipak ke supermarket, hotel dan restauran
·
Diolah menjadi makanan yang
mempunyai nilai tambah lebih seperti dalam bentuk pepes jamur, sate jamur, sop
jamur, tumis jamur, dendeng jamur, jamur lapis tepung, kripik jamur, abon
jamur, pangsit jamur, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana YA. Muchordji, M. Bakrun. 2001. Pembibitan, Pembudidayaan,
analisa
Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Jamur Tiram.
Direktorat
Jenderal Bina
Jenderal Hortikultura. Jakarta. 23 hal
Basuki Rahmat. 2000. Dasar-dasar Usaha Budidaya Jamur. MAJI
pblikasi.
Bandung. 97 hal.
Badri. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kaliwung
Kalimuncar. Makalah
Jamur. Cisarua. Bogor. 10 hal